Minggu, 07 Maret 2010

Perseteruan Terheboh yang Pernah Ada dalam Film

Salah satu hal yang membuat film jadi lebih “hangat” adalah perseteruan antara tokoh protagonis dan antagonis. Lebih panas lagi apabila perseteruan tersebut adalah tatap muka langsung atau yang istilah bahasa Inggrisnya ‘toe-to-toe.’ Terkadang yang membuat kita betah menyaksikan pertengkaran mereka adalah karena kekompleksan hubungan antara masing-masing tokoh dan akting menawan yang membuat chemistry mereka lebih berasa. Berikut adalah daftar film-film yang gw nikmati karena kehebohan permusuhan mereka. Gw ga tahu mana yang lebih keren jadi list ini bukan urutan. Jadi silahkan di-comment ya...
Batman vs Joker dari film The Dark Knight (2008), Batman (1989), serta semua film dan komik Batman
batman-1
Siapa yang tidak kenal dengan Batman? Tokoh rekaan Bob Kane dan Bill Finger ini telah menjadi pujaan jutaan orang di seluruh dunia sejak kemunculannya untuk pertama kali tahun 1939 (udah uzur bener...). Karakternya yang kelam dan fakta bahwa tokoh bernama asli Bruce Wayne ini adalah superhero tanpa kekuatan super adalah alasan mengapa gw suka banget sama tokoh ini. Tetapi yang membuat orang tetap membaca komik dan menonton filmnya apa lagi kalau bukan karena musuh-musuhnya yang segudang. Hebatnya lagi, tiap musuh-musuhnya ini masing-masing memiliki karakter mereka sendiri-sendiri yang unik. Ini pula yang membuat beberapa orang menyukai cerita Batman bukan karena Batmannya sendiri, tapi karena penjahat-penjahatnya yang keren-keren. Dan dari sekian banyak penjahat itu ada seorang yang seringkali muncul dan bahkan membawa penjahat-penjahat lainnya. Siapa lagi kalau bukan Joker
Joker ini benar-benar ditakdirkan menjadi musuh bebuyutan Batman. Dia adalah kebalikan dari Batman dalam berbagai hal. Misalnya saja, Batman selalu berkostum kelam dan tidak pernah tersenyum, sementara Joker selalu tampil dalam busana yang berwarna mencolok dan ia selalu tersenyum. Batman bekerja sendiri dan hanya ditemani oleh orang-orang terdekatnya saja, sebaliknya Joker memiliki banyak anak buah yang setia, dan masih banyak lagi. Tetapi yang unik adalah selain segudang perbedaan, mereka juga punya beberapa persamaan. Yang paling jelas, mereka sama-sama jenius, dan mereka sama-sama gila (siapa lagi yang berani melompati atap rumah orang dengan baju kelelawar selain orang gila?). Perbedaan dan persamaan diantara keduanya inilah yang membuat perseteruan mereka tetap abadi sejak 1940 (Karakter Joker diciptakan tahun 1940) hingga sekarang. Sebagai tambahan, Joker tercipta karena ulah Batman yang menyebabkan ia tercebur ke dalam zat kimia dan menjadi gila, dan Bruce Wayne menjadi Batman karena traumanya ketika kedua orangtuanya dibunuh oleh – menurut film Batman (1989) – Jack Napier (yang nantinya menjadi Joker). Pokoknya mereka punya setiap alasan untuk saling membenci.
Tetapi di luar permusuhan mereka, ada pula momen dimana mereka melupakan permusuhan mereka.  Kadang mereka berbincang-bincang, bahkan pada suatu momen, seperti yang digambarkan dalam komik Batman: The Killing Joke, mereka berbagi lelucon dan tertawa bersama. Momen yang jarang sekali terjadi, namun semakin mengokohkan keunikan hubungan mereka. Meskipun begitu, pada akhirnya Joker akan kabur lagi dari Arkham Asylum dan kembali membuat kekacauan, menunggu Batman datang untuk menghentikannya. Dan perseteruan pun berlanjut…
49-Page47
Antonio Salieri vs Wolfgang Amadeus Mozart dalam film Amadeus (1984)
Wolfang-and-Salieri-composing-amadeus-4850129-700-450
Wolfgang Amadeus Mozart. Siapa yang tak kenal dia? Komponis klasik dan musisi yang satu ini mungkin adalah salah satu komponis paling hebat sepanjang masa. Selain karena memang dari sononya jenius, pengaruh dari ayahnya yang juga musisi dan komponis juga mendorong kecemerlangan karir Mozart di dunia musik klasik. Tetapi kepribadiannya yang agak konyol dan kecuekannya seringkali menjadi nilai minus bagi Mozart, sehingga ayahnya pun kadang membencinya. Tetapi toh bukan itu yang akan diingat orang. Berabad-abad setelah kematiannya pada usia 35 tahun yang penyebabnya masih misterius, lagu-lagu gubahannya terus dimainkan serta didengarkan jutaan manusia di seluruh dunia, hingga saat ini.
Oh ya. Ada yang kenal dengan Antonio Salieri?
Tidak?
Hmmm… Oke untuk yang belum tahu, Antonio Salieri juga adalah komponis, namun ia lebih banyak berkarya dalam opera. Karya-karyanya juga memegang peranan penting dalam perkembangan opera. Ia bahkan sampai menjabat sebagai komponis kerajaan Austria saat itu. Ia punya banyak murid, satu diantaranya adalah Beethoven, yang nantinya juga akan menjadi komponis termasyhur sepanjang masa. Latar belakangnya memang bukan seniman, namun dengan tekad penuh ia terus belajar musik dengan sungguh-sungguh. Tetapi sayangnya pada masa tuanya ia tak lagi terkenal, lagu-lagunya pun semakin jarang dimainkan. Kontras sekali dengan Mozart.
Sekarang mungkin anda sudah mengerti apa yang akan terjadi jika kedua komponis ini bertemu.
Amadeus, film produksi tahun 1984 yang diadaptasi dari drama panggung ini mengangkat tema perseteruan antara dua komponis ini, diambil dari sudut pandang Salieri (bukan Mozart, meski judulnya diambil dari nama Mozart). Salieri yang sudah tua mulai gila dan selalu meneriakkan penyesalannya karena ‘membunuh’ Mozart. Di rumah sakit jiwa ia menceritakan kehidupannya pada seorang pendeta. Salieri, sebagai komponis senior yang sudah punya reputasi, lantas terkalahkan begitu saja oleh sang pendatang baru, Wolfgang Amadeus Mozart. Yang membuatnya benci pada Mozart tak lain hanya karena ia begitu menyukai karya-karya Mozart, tetapi ia merasa ilfeel melihat tingkah lakunya yang ‘menjijikkan.’ Sampai sampai Salieri yang awalnya alim pun menjadi membenci Tuhan, karena menurutnya ‘Tuhan bernyanyi melalui Mozart,’ satu hal yang menurutnya tak adil karena ‘Tuhan telah memilih manusia dengan tingkah semenjijikkan itu sebagai wakilnya di dunia.’ Kebencian yang lama-lama merubah jalan pikirannya menjadi yang tidak-tidak, dari keinginan mencuri partitur Mozart hingga rencana untuk membunuhnya. Hingga akhirnya muncullah idenya yang paling brillian: menyamar sebagai seseorang misterius untuk menyewa Mozart membuatkan sebuah lagu Requiem untuk acara pemakaman, kemudian membunuh Mozart, lalu lagu Requiem itu akan ‘dipersembahkan oleh Salieri untuk sahabatnya Mozart.’
Meskipun mereka saling bermusuhan, namun Salieri tidak pernah menampakkan secara terbuka kebenciannya (kita tahu perasaannya dari apa yang diceritakannya pada sang pendeta), begitu pula Mozart. Tetapi toh nyatanya mereka masing-masing saling menyukai karya satu sama lain. Salieri sendiri selalu mengendap-endap dalam setiap pementasan Mozart, satu hal yang akan diketahui Mozart belakangan pada masa-masa terakhir hayatnya. Mozart pun menyatakan permintaan maaf karena telah sering sekali menghina dan membenci Salieri, hal tersebut disampaikannya ketika ia sedang sekarat namun tetap menyelesaikan lagu Requiem dibantu oleh Salieri karena dikejar deadline yang diberikan sang manusia misterius (yang sebenarnya adalah Salieri sendiri). Suatu hal yang ironis. Adegan ini adalah salah satu adegan favorit gw dari film ini, dimana gw selalu berpikir,’apa yang ada di benak Salieri ketika Mozart mengakui bahwa ia menganggap Salieri adalah sahabatnya?’
Biasanya gw kurang suka sama film yang setting-nya Eropa zaman Romantisisme seperti ini. Tapi untuk film yang satu ini pengecualian. Film ini brilian banget dalam penggambaran mengenai musik klasik dan bagaimana jalan berpikir para komponis saat itu. Luar biasa. Dan yang paling beken apalagi kalau bukan perseteruan antara kedua tokoh utama ini. Masing-masing aktor membawakan perannya dengan apik. Didukung dengan jalan cerita yang bagus (meskipun Mozart dan Salieri adalah tokoh nyata, film ini sebenarnya fiksi), kebencian Salieri yang tumbuh perlahan pun ikut memanaskan situasi secara bertahap, hingga klimaksnya di akhir cerita. Film ini juga memenangkan Oscar tahun 1984 untuk kategori Best Picture loh.

Oke sudah dulu yah ini... Nanti dilanjutkan di post berikutnya...Ngantuk...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar